SEPUTAR PANDE BESI DI KAJAR
Sepertiynya konsep "Kemajemukan
Pekerjaan" yang diperkenalkan Benjamin White dan lain lain, petani Jawa
memiliki pekerjaan selain kegiatan pertanian, salah satunya pandai besi. Tujuan
karangan ini adalah menjelaskan sifatnya pekerjaan pandai besi berdasarkan
utamanya studi yang dilakukan oleh Ann Dunham Soetro pada tahun 1970-80an dalam
konteks antropologi kerja. Pandai besi di Jawa, khususnya desa Kajar, Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhubungan dengan tidak hanya aktivitas
perekonomian tepapi juga kebudayaan termasuk upacara, peran kelamin,kesenian
dan lain lain.
Struktur Tenaga
Kerja
Di
kebanyakan desa pandai besi di Jawa, tempat kerja ini biasnya disebut Perapen, dari akar kata api. Di dalamnya
ada fasilitas tungku api, paron, ubub dan sebagainya. Perapen merupakan unit
organisasional dasar dari industri pandai besi. Dengan demikian, kata perapen
bukan hanya berarti "tungku api" dan "tempat kerja", melainkan juga berarti "usaha"
dan "kelompok kerja"
Ada
pembagian kerja kuno yang digunakan di seluruh perapen, yang mengenali empat
jenis pekerjaan atau peran berdasarkan tugas. Seperti berikitnya digunakan
istilah-istilah dari desa Kajar.
.. ..
Kepala
kelompok kerja perapen atau guru pandai besi. Dia mengatur produksi setiap
peralatan yang dibuat di perapen., persis sebagaimana dalang mengorkestrasi
pertunjukan wayang atau spesialis upacara mengorkestrasi sebuah persembahan sesajen.
Selama produksi, empu mengambil
posisi berjongkok di anara tungku api dan paron.
Panjak:
Pengayun
palu. Ada dua atau tiga orang panjak
dalam satu perapen. Selama bekerja, panjak
mengambil tempat di belakang paron, menghadap empu. Ketika empu meletakkan
batang besi merah panas di atas paron, panjak mengayunkan palunya di atas
kepala, mengentakkannya ke bawah dengan pukulan keras, mengubah bentuk batang
logam itu dan sekaligus meningkatkan kepadatannya. Jika digunakan dua atau tiga
panjak, mereka menempa secara
bergantian, menciptakan nada dua atau tiga ketukan yang terdengar seperti musik.
Kata panjak memiliki arti lain dalam
bahasa Jawa, yaitu penabuh gamelan.
Tukang
ubub:
Peniup
puputan. Tukang ubub duduk di atas
panggung puputan dan menurunkan batang ubub dengan irama dua ketukannya
sendiri. Dia melakukan ini sementara batang logam sedang dipanaskan di tungku
api, dan mengambil jeda rehat saat panjak sedang menempa besi.
Pekerjaan tukang ubub paling mudah untuk
dipelajari dan paling ringan secara fisik. Beberapa jam latihan saja sudah
cukup untuk menguasai tugas itu. Pekerjaan ini biasanya dilalukan oleh anak
laki-laki yang baru mulai bekerja di perapen. Kadang-kadang itu dilakukan okeh
orang buta atau bahkan seorang perempuan.
Tukang
kikir:
Tukang
asah. Tukang kikir mengasah dan/atau
menggerinda bagian pinggiran alat untuk membuatnya tajam. Dia bias jadi
mengerjakan tugas finishing lainnya, seperti menggosok permukaan alat
dengan ampelas, atau memoles bagian luarnya dengan lapisan pelindung antikarat.
Tukang
kikir duduk terpisah dari pekerja lainnya, di sebuah sudut perapen atau di tempat
yang teduh di bawah lis atap
persis di luar perapen. Sembari bekerja, dia terkadan duduk bersila,
dan terkadang duduk dengan satu kaki menjulur menahan rak kecil tempat
bersandarnya alat yang sedang dikerjakan.
Kajar, Desa
Pandai Besi Besar
Desa
Kajar terkenal sebagai desa pandai besi, salah satu desa di kecamatan Wonosari,
kabubaten Gunung kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Produksi utamanya
alat-alat pertanian. Desa tersebut terletak lokasi kurang lebih 30 kilometer
arah ke tenggara dari kota Yogyakarta.
Sebenarynya
secara administrasi pemerintah, tidak aDunhama "Desa Kajar". Area itu terdiri
dari tiga dukuh, yaitu Kajar I,II,dan III dalam kelurahan Karangtengah. Namun
orang-orang daerahnya menyebutkan area it "Desa Kajar" dengan kebiasaan.
Geografi
desa tersebut daerah bukit dan komposisi sebagian besar tanahnya terdiri dari
batu kapur. Tanahnya kering dan tidak subur. Daerahnya susah diimplementasikan
irigasi sehingga produksi pertanian poko merupakan singkong sampai tahun
1980an.
Mungkin
bisa dikatakana bahwa sebabnya sumber daya pertaniannya tidak cukup, industri
pandai besi berkembang di Kajar secara altanatif. Dunham mendeskripsikan bahwa
penduduk desa Kajar mengembangkan aktivitas pandai besi supaya mereka dapat
pendapatannya secara stabil dan mengantisipasi gagalnya panen. Setiap saat
penduduknya mengalami kelaparan beberapa bulan sebab gagal panen, bannyak
petani mulai mengikuti aktivitas pandai besi.
Megingat
definisi kerja beragam tergantung lingkugan, teknologi, dan tergantung yang
dianggap sebagai "kebutuhan" (Wallman 1979, 7), pekerjaan pandai besi
berkembang dengan alasannya batas akses sumber daya pertanian.
Alasan
perkembangannya tidak hanya sumber daya. Tahun 1920an dua orang pindah ke Kajar
dari desa lain di Wonosari. Salah satunya hanya pandai besi biasa tetapi mampu
mendirikan perapen pertama di Kajar.
Yang lain adalah pandai besi yang unggul membuat kris. Keterunannya kedua
pendiri pandai besi tersebut belajar keahlian pandai besi secara generasi ke
generasi. Di Jawa
keterunan cakal bakal menahan hubungannya cakal bakal mereka dengan merayakan
kuburannya (Koentjaraningrat 1985). Kalau di kasus Kajar, keterunan pendiri
pandai besi juga merayakan kuburanya seperti sama, bahkan merayakan lebih ramai
daripada pelakuannya cakal bakal.
Tambahan
lagi selama period penjajahan Jepang, para pandai besi di Kajar disuruh oleh
tentara Jepang untuk membuat bagian senjata dengan pakai bahan besi bekas.
Dengan pengalaman ini, pandai besi di Kajar memperoleh ketrampilan yang tidak
dipunyai pandai besi di desa lain. Oleh karnanya, pandai besi di Kajar bisa
metnambah nilai tambahan di produkli melalui pekerjaannya.
Apalagi
pandai besi di Kajar percaya bahwa orang yang memiliki nasib untuk menjadi
pandai bedi adalah hanya penduduk Kajar, melainkan penduduk desa lain. Pekerja
lelaki di Kajar mengidentifikasikan sendiri dengan pandai besi.
Perubahan Musim
dan Kesinambungan Kerja
Pandai
besi biasanya memproduksi alat-alat pertanian. Akan tetapi membuat peralatan
jenisnya lain juga tergantung permintaan. Perbahan musin terjadi dalam
permintaan atas alat-alat. Beberapa peralatan pertanian dibutuh pada saat-saat
tertentu dalam daur penanaman padi. Sekop, cangkul, garu, dan mata bajak
dibutuhkan selama musim tanam, alat-alat penyiang selama periode bertumbuh, dan
pisau pemanen (ani-ani) atau arit selama musin panen. Biasanya, warga desa membeli
alat-alat pertanian baru dan memperbaiki yang lama persis sebekum awal
musim hujan, sehingga menciptakan satu lonjakan tajam permintaan. Pola
itu berlanjut di wilayah-wilayah yang di sana terdapat satu musim tanam
padi pada musim hujan, misalmya di kabubaten-kabubaten yang lebih kering
atau bagian-bagian pulau tempat sistem irigasi tidak berkemban baik. Kebutuhan akan
alat-alat pertukangan, di lain pihak, masih memuncak tajam dalam dua atau tiga
bulan setelah panen pada musim hujan. Ini karena warga desa memiliki banyak
uang tunai mereka untuk membangun dan memperbaiki rumah, dan cuaca cukup kering
sehingga memungkinkan untuk pembangunan. Mungkin ada puncak-puncak lain
berdasarkan aktivitas setempat. Misalnya penanbangan batu cenderung menjadi
aktivitas pada musim kering karena lubang tambang dipenuhi air pada musim
hujan. Di kabupaten-kabupaten tempat penambangun batu, kebutuhan akan baji,
beliung, dan kapal meningkat pada awal musim kering. Meskipun kebutuhan banyak
peralatan bersifat musiman, ada beberapa produk yang menunjukkan tingkat
permintaan yang terus berlanjut, misalnya pisau dapur.
Tenaga Kerja
Perempuan dan Tabu di Tempat Kerja
Pandai
besi dianggap pekerjaan lelaki seluruhnya. Industri-industri perempuan mencakup
seluruh jenis industri tekstil, anyaman, dan pakaian. Namun di beberapa desa
kerajinan pandai besi, termasuk Kajar, perempuan biasanya digunakan sebagai
tukang ubub. Penggunaan perempuan sebagai tukang ubub biasanya merupakan
pertanda kurangnya tenaga kerja lelaki. Ketika tenaga kerja lelaki tersedia,
pekerja perempuan biasanya digantikan. Banyak desa kerajinan pandai besi yang Dunham
kunjungi tak pernah menggunakan tenaga kerja perempuan, dan para pandai besi di
sana menujukkan ekspresi sedikit kaget atau geli mendengarnya. Yang lainnya
menggunakan tenaga kerja perempuan jika perlu, tetapi sedikit defensif ketika ditanyai
tentang itu, sampai-sampai memberi penjelasan bahwa perempuan dipekerjakan
hanya untuk sementara, bahwa tak ada salahnya perempuan bekerja di perapen,
bahwa mereka telah mendapatkan izin dari suami atau ayahnya untuk
mempekerjakannya.
Apabila
perempuan bekerja sebagai tukang ubub, mereka tetap berada di panggung ubub,
tidak melompat turun, dan tidak ikut dalam percakapan bersama. Mereka duduk
agak kaku dan mepasang ekspresi wajah aneh yang agak mirip topeng, tanpa sebersit
pun emosi atau semangat. Dunham telah memperbandingkan ekspresi ini dengan
ekspresi yang ditampakkan oleh seorang penari Jawa klasik, seorang pesinden
dengan irama gamelan, atau pengantin yang ditampilkan dalam upacara perkawinan
tradisional. Itu tampaknya merupakan ekspresi pelindung, yang dipasang oleh
perempuan yang sedang dalam posisi "rentan" terhadap kesalahpahaman publik.
Dalam kasus kerajinan pandai besi, perempuan mungkin mudah jadi sasaran
kritikan karena mereka memasuki ranah lelaki yang secara tradisional tidak
merupakan tempat mereka (Dunham, 1982).
Meskipun
ada tabu bagi perempuan untuk bekerja di perapen,
dan secara khusus bagi petempuan untuk dekat-dekat ke tungku api atau paron,
tidak ada tabu bagi perempuan untuk mengerjakan tugas-tugas kerajinan logam di
luar perapen. Maka, perempuan-
perempuan dari desa-desa kejajinan pandai besi bias memulai industri kerajinan
logam kecil sendiri yang melibatkan pengolahan logam dingin. Mereka mengerjakan
industry-industri ini di rumah-rumah mereka bukannya di perapen. Sebagai contoh
adalah produksi barang-barang dari aluminium murahan, yang dipotong dari
lembaran logam dengan menggunakan gunting.
Perempuan-prempuan
dalam keluarga pandai besi yang memiliki lahan pertanian sering melaksanakan
banyak pekerjaan bertani yang secara tradisional diangap sebagai pekerjaan
lelaki, misalnya mempersiapkan lahan. Ini karena sebagain besar tenaga kerja
lelaki sepenuhnya terserap di perapen.
Di Kajar, sector pertanian sebagian besar dikelola oleh perempuan, yang mencari
bantuan dalam pekerjaan mereka dengan mengupah pekerja pertanian dari luar desa
(Dunham, 1982).
Upacara dan
Simbol Lelaki
Paron
yang dipakai pandai besi di Jawa berbentuk seperti paku besar berdiri. Itu jauh
berbeda dengan paron Barat yang berbentuk empat persegi panjang, adanya bagian
berbentuk seperti lidah atau tanduk.
Pandai
besi di Jawa, menerut Dunham, menganggap paron tersebut sebagai bersimbol lingga, satu kata dari bahasa Sanskerta
yang menrepresentasikan batang kemaluan lelaki. Pada saat upacara Selamatan Empu di Kajar, upacara yang
diadakan pada kalender Jawa, semua empu berkumpul di salah satu perapen dan
meletakkan makanan sesajen di paron. Mereka membuat paron tersebut tempat suci
dan berdoa selamatan pekerjaan untuk setahun.
Secara
umumnya, pandai besi diperlakukan sebagai pria terhormat. Selain selamatan empu
di Kajar, pesta Bersih Desa juga dilakukan sekali setahun untuk mengeluarkan
roh-roh buruk dari desa dan membersihkannya. Ketika pembukaan pesta tersebut,
kelaki dan petempuan duduk di sisi yang berbeda, Untuk kehormatan Dunham pernah
disuruh duduk di tempat lelaki sebagai tamu khusus.
Menerut
Dunham, salah satu alat tukang kayu linggis
(dalam bahasa Inggris "crowbar"), berbentuk
batang panjang, juga diduga berkaitan dengan kata lingga.
Perbahan Pekerjaan
dengan Mekanisasi
Dua jenis
pekerjaan dalam proses pandai besi di Indonesia sedang diganti dengan mesin tenaga
listrik. Jenis tersebut adalah tukang
ubub dan tukang kikir. Saya sendiri pernah menyaksikan di desa Kajar, hampir
semua perapen mengimplementasikan mesin ubub dan kikir, yaitu blower dan grinder. Alasan yang pertama: tahun 1980an pemerintah
Indonesia sukses melistriklisasikan hampir seluruh desa-desa termasuk Kajar di
pulau Jawa, maka pandai besi dapat menggunakan tenaga listrik untuk
memproduksi. Kedua; mesin blower dan
grinder harganya tidak terlaru mahal, apalagi tidak butuh tegana listrik yang
tinggi. Ketiga; proses pekerjaan tukang
ubub dan kikir tidak rumit maka
gampang diganti dengan mesin.
Awal
pengantiannya tukang ubub dan tukang kikir dikhawatirkan karena menghasilkan
pengangguran bertambah. Akan tetapi akibatnya tidak terjadi pengangguran serius
karena pasar produksi pandai besi, khususnya alat pertanian, berkembang dan
permintaannya bertambah.
Pada
awal tahun 1990an, pemerintah pusat (Kementerian Perindustrian) coba
menciptakan mesin pengayun palu yang harga terjangkau, yaitu spring hummer. Pada saat yang sama,
pemerintah mengkhawatirkan panjak bakal kehilangan pekerjaan. Oleh karenanya,
pemerintah menbatasi penyebaran mesin tersebut.
Namun
Dunham memperkirakan mesin spring hummer akan tersebar berdasarkan pasar mekanism dan
mesin tersebut dibutuh untuk inovasi teknologi perindustrian pandai besi masa
depan. Ternyata pada saat ini, seluasnya saya sudah lihat, mesin spring hummer belum dipakai secara luas.
Alasannya belum ketahui tetapi bisa diasumsikan bahwa proses panjak rumit, butuh keahlian yang benar,
dan volume pekerjaannya berfluktuasi tergantung pesan. Pengajian lanjut
diperlukan untuk mendalami hal itu.
Persangkutan dengan Kesenian
Dalam
hal yang mengenai pandai besi, yang menarik adalah persangkutan dengan kegiatan
seni atau nama peran kesenian.
Seperti
disebutkan lebih dahulu, nama jenis pekerjaan panjak memiliki arti lain penabuh gamelan juga. Persangkutan ini
barangkali lantaran bunyi berirama itu. Ketika orang memasuki desa pandai besi,
bunyi bisa terdengar berdatangan dari segala desa.
Jenis
pekerjaan empu juga mengasosiasikan
orkestrasi pertunjukan wayang. Seorang empu Jawa tradisional mengetukkan kode
instruksi kepada pengayun palu di sisi paronnya dengan martil kecil.
Seperti
Dunham sudah mengkajikan, perbandingan wajah pelindungnya perempuan yang
bekerja di perapen sebagai tukang ubub
dan ekspresi penari Jawa klasik atau pesiden juga sangat menarik. Memang
hubungannya susah dibuktikan, tetapi studi tambahan mungkin dapat bantu kita
untuk mengetahui interaksi antara kegiatan pekerjaan pandai besi dan dimensi
budaya, maupun psikologi.
suka sekali membaca artikel bapak R0hmat Johari,sangat menarik tuk tahu lebih bnyak ttg pandai besi yg saya tidak begitu mengerti sebelumnya :)
BalasHapusok..terimakasih ya dah mampir...bisa berkunjung kesini bila.ingin tahu lebih..
HapusWebsite Jelly Gamat
BalasHapusObat Infeksi Lambung Pada Anak
Obat Infeksi Paru Paru Akut
Obat Demam Kelenjar Pada Anak
Obat Luka Infeksi Bakteri Dan Jamur
Pengobatan Radang Gusi Pada Anak
Pengobatan Radang Payudara Ibu Menyusui
Obat Infeksi Usus Pada Anak
Cara Mengobati Infeksi Usus Pada Anak
Terapi Pengobatan Patah Tulang Alami
Terapi Pengobatan Penyakit Maag
Pengobatan radang lambung ibu hamil
Kata2 nya membingunkan....
BalasHapus