Selasa, 05 Februari 2013

AKU MENCINTAIMU SUAMIKU


AKU MENCINTAIMU SUAMIKU



Cerita ini adalah kisah nyata... dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam laptopnya.
Bacalah. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***

HALAL-KAN AKU AYAH
Cinta itu butuh kesabaran...
Sampai di manakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu... Aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...
Aku menjdi perempuan yang paling bahagia...
Pernikahan kami sederhana namun meriah...
Dia menjadi pria yg sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yg sholeh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah mapan dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci.
itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...

Dan setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke  tanah suci...
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku...
Sangat terlihat dari rasa cunta & sayangnya padaku.
banyak orang yg bilang kalo kami adalah pasangan yg serasi. sangat terlihat sekali bgaumana suamikumemanjakan aku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***

Lima tahun sudah kami menjadi suami istri. sangat tak tersa waktu begitu cepat berjalan walaupin kami hanya hidup bbbberdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) ditengah keharmonisan rumah tangga kami.
karena dia anak lelaki  satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku berusaha mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...
dia menganggap Alloh belum mempercayai kami untuk menjaga titipanNya.
Tapi keluarganya mulai resah. sari awal kita menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. aku sering mendapatkan perlakuan yg tdk menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...
di depan suamiku mereka brlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suamiku, aku dihina-hina oleh mereka...

Pernah suatu ketuka setahun setelah pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur.
Alhamdulillah suamiku selamat dari kecelakaan maut yg hampir membuatku menjadi seorang janda itu.
dia dirawat dirumah sakit, pada saat dddia belum sadarkan diri setelah kecelakaan, aku menemaninya siang dan malam sambil ku bacakan ayat2 suci Al Quran. aku sibuk bolak balik  dari tempat aku melakikan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yg sakit.

Namin saat aku kembali kerumah sakit setela dari rumah kmi, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik2nya & teman2 suamiku, dan di saat itu juga aku melihat ada seorang wanita yg aktab mengobrol dg ibu mertuaku.
mereka tertawa menghubur suamiku.

Alhamdulillah ternyata suamiku sudah sadar, aku menangis ketika melihat suamiku sudah sadar, tapi aku tidak boleh seduh dihadapannya.ku buka pintu yg tetutup rapat itu sambil mengatakan, "assalamu'alaikum" dan mereka menjawab salamku. aku berdiam sejenak didepan pintu dan mereka semua melihatku. suamiku menatapku penuh manja, mungkin dia kangen padaku karena sudah 5 hari matanya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata " assalamu'alaikum", dia pun menjawab slam kudg suaranya yg lirih namun penuh dg cinta. aku tersenyum melihat wajahnya.

Lalu, ibunya berbicara dg ku... "Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu brnama Desi dan dia sangat akrab dg keluarga suamiku. hingga akhirnya aku bertemu dg nya juga. aku berjabat tangan dg nya, tak banyak aku bicara di ruangan itu, ku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan lukanya, tiba2 adik iparku yg bernama Dian mengajakku keluar, minta ditemani ke kantin. dan suamiku mengijinkannya. aku pun menemaninya. Tapi ketika diluar adik ipar ku berkata, " lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang di sini. kau istirahat saja."

Anehnya, aku tak diperbolehkan brpamitan dg suamiku dg alasan abang harus banyak istirahat karena psikologisnya masih labil. aku berdebat dg nya mempertanyakan mengapa aku tak diijinkan berpamitan dg suamiku. tapi, tiba2 ibu mrtuaku datang dan mengatakan hal yg sama.

Nantinya dia akan memberi alasan mengapa aku pulang tak berpamitan pasanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun benar. suamiku tetap membelanya. aku pun meninggalkanrumah sakit itu dg linangan air mata. sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku lagi. aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

hari itu, aku menangis tanpa sebab, yg ada dibenakku aku takut kehilangannya, aku takut cintaku dibagi dg yg lain. pagi itu saat aku sedang mmbersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggilku ke taman belakang, dia baru saja selaesai sarapn, dia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ukan2 yg bertaburan di kolam air mancur itu.

Ku betanya, "ada apa kamu memanggilku?"
dia berkata, "besok aku akan menjenguk keluargaku di sabang"
aku menjawab, "iya sayang... aku tahu, aku sudah mengemasi barang kamu ditravel bag dan kamu sudah memegang tiket bukan?
"ya tapi aku tak akan lama disana, ciman 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tak bertemu keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dg mama ku," jawabnya tegas

"mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?" tanya ku padanya penuh penasaran & sedikit rasa kecewa karena dia baru memberitahukan rencana kepulangannya itu, padahal aku sudah bersusahpayah mencarikan tiket   pesawa untuknya.

"mama mint aku yg menemanunya saat pulang nanti", jawaabnya tegas. "sekarang aku ingin seharian dg mu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lamjutnya lagi sambil memeluk dan mencium keningku. hatiku sedih dg keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan padanya.

Bahagianya aku dimanja oleh suami dg penuh dg rasa sayang &cintanya walau kadang dia bersikap kurang adil padaku. aku hanya tersenyum, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi keluargaya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemmmudian aku memutuskan agar suamiku saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami. karena ini acara sakral bagi kluarganya , jd seliruh keluarganya harus komplit. walaupun begitu, aku pun tetap tak akan dipedulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak. tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yg akan dibawanya ke sabang. dia menatapku dan menghapus airmata yg jatuh dipipiku. lalu aku peluk erat dirinya. hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tak tau apa yg akan terjadi. aku hanya menangis karena akan ditinggal pergi olenya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun dia pergi. apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sjalah teman mengobrolku. hati ini sedih akan ditinggal pergi olehnya. sampai keesokan harinya, aku terus menangis... menangisi kepergiannya. aku tak tau mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. aku harus percaya pada suamiku. dia pasti akan selalu menelponku.

***

Berjauhan dg suamiku, aku merasa sangat tak nyaman, aku merasa sendiri. untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke sabang. saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. rahimku terasa sakit sekali seprti dililit tali. tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai2 aku mengalami pendarahan. aku dilarikan kerumah sakit oleh adik laki2ku yg kebetulan menemaniku disana. dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis... apa yg bisa ku banggakan lagi...? mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yg malang yg selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku... namun aku tak bisa memberikannya keturunan. aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen suamiku, aku selalu menunggu dia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah dia segera pulang?"... aku tak tau... sementara suamiku disana, aku tak tau mengapa dia selau marah2 jika menelponku. bagaimana aku akan menceritakan keadaanku jika dia selalu marah2 padaku...

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama dia berada di sabang. lebih baik nanti saja kalo dia sudah pulang, aku akan cerita padanya. setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari ku hitung...

sudah 3 minggu suamiku di sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto2 kami, ponselku berbunyi, ada sms masuk. ku buka inbox ponselku, ternyata suamiku yg sms. " aku sidah beli tiket untuk pulang, aku pilangnya satu hari lagi, aku akan kabari lagi."
Hanya itu saja yg diinfoknnya. aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yg tak baik ini. hari yg ku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yg cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang.dan nantinya aku akan menyelesaukan masalah komunikasi kami yg buruk akhir2 ini.

Bel pun berbunyi, ku bukakan pintu untuknya dan dia pun mengucapkan salam. Sebelum masuk , aku pegang tangannya kedepan teras namu dia tetap berdiri, aku membungkuk untik melepas sepatu & kaos kakinya lalu kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yg masuk kedalam rumah kami.

Setelah itu akupun brdiri langsung mncium tangannya tapi apa reaksinya...? masya Alloh... dia tak mencium keningku, dia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi  dan tidur tanpa bertanya kabarku... aku pikir, mungkin dia capek. aku punsegera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pd tempat mengadu yaitu Alloh, sang maha pencipta.

Biasanya kami selalu berjamaah, tapi karena meliht tidurnya sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. aku hanya mengelus wajahnya dan ku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rokaat plus witir 2 rokaat.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu melihat dirinya dari balkon kamar kami yg bersiap2 untuk pergi, aku memanggilnya tapi dia tk mendengar. kemudian aku mengambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa mempedulikan darah yg bercecer dari rahimku umtuk mengejarnya tapi dia begitu cepat pergi. aku merasa ada yg aneh dg suamiku. ada apa dg suamiku? mengapa dia bersikap tidak seperti biasanya padaku?

aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. saat itu juga aku menelpon mertuaku dan kebetulan Dian yg mengangkatnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yg terjadi pada suamiku. dg enteng dia menjawab, "loe pikir aja sendiri!!!" telpon langsung terputus.

Ada apa ini? tanya hatiku penuh dalam kecemasan. mengapa suamikuberubah setelah kembali dari kota kelahirannya? mengapa dia tak mau brbicara padaku, apalagi memanjakan aku? semakin hari dia menjadi orang yg pendiam, seakan dia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. kami hanya berbicara seperlunya, aku selalu diinterogasinya. selau bertanya aku darimana dan mengapa pulang terlambat dan dia selalu  bertanya dg nada keras. suamiku telah berubah.

Bahkan yg membuatku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dg mantan pacarku. ingin rasanya aku menampar suamiku yg telah menuduh aku serendah itu, tapi aku slalu ingat... sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami selalu di atas para istri, itu pedoman yg aku pegang. aku hanya berdoa semoga suamiku sadar akan perilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. Kemesraan yg kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti  itu, aku tetap merawatnya & menyiapkan segala keperluannya. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun dia tak pernah bertanya tentang obat apa yg aku minum. Kebahagiaan ku pun telah sirna, harapan untuk mnjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan semua ini akan berakhir.

Bersyukurlah aku punya penghasilan sendiri dari aktivitas ku sebagai guru ngaji. Jd aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kanker ku. Aku pun hanya berobat semampu ku. Sungguh suami yg dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya dia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suaiku memanggilku.

"Ya, ada apa yah?" sahutku dg memanggil nama kesayangannya "ayah"
"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." jawabnya tegas.
"Ada apa? Mengapa?" sahutku heran.
Astaghfirulloh.... Suamiku yg dulu lembut tiba-tiba saja mnjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi diantara kami.
Dia mengatakan, "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"

Lalu aku segera mengemasi barang-barang yg akan dibawake Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi. 2 tahun pacaran, 5 tahun menikah dan sudah 2 thn pula dia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yg dihiasi foto-foto pernukahan kami, sekarang menjadi dingin.... sangat dingin dari batu es. Aku menangis dalam kebingungan ini. ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

suamiku tak suka dg wanita yg kasar, ngomong dg nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang sikap itu menunjukkan ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menunggunya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendiriaanku.

***

Kami telah sampai di sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tau ada acara apa ini...? Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, dia pun langsung keluar bergabung dg keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami daningin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua ygsudah ada sebelum suamiku lahir, tibatiba tante Lia, tante yg sangat baik padaku memanggilku untuk segera berkumpul di ruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yg berada ditengah rumah besar itu, yg terlihat seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dg kebisuan, aku tak berani bertanya padanya. Tiba-tiba saja neneknya, orang yg dianggap paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraa.

"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dg kau Fisha." neneknya berbicara sangat tegas, dg sorot mata yg tajam.
"ada apa nek?" sahutku.
nenek pun menjawab, "kau telah bergabung dg keluargakami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yg sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!"
aku menangis... untuk inikah aku diundang kemari? untuk dihina ataukah dipisahkan dg suamiku?

"sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu... sebelum kau menikah dgnya. tapi Fikri anak yg keras kepala, tak mau diatur, dan akhirnya menikahlah dia dg kau."
neneknya bebrbicara sangat lantang, mungkin logat orang sabang seperi itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yg kosong matanya.
"dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dgya." neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
sedangkan suamiku hanya bisa diam saja, tapi aku lihat air matanya. ingin aku peluk suamiku agar dia kuat dg semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yg terakhir dari ucapannya dg mimik wajah yg sangat menantang kemudia berkata, "kau maunya gimana? kau dinadu atau diceraikan?"
masya alloh... kuatkan hati ini... aku ingin jatuh pingsan. hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku...?

Aku selalu menutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yg tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
"Fish, jawab!!" dg tegas ibuya langsung memitaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dg tangan yg dingin dan gemetar aku menjawab dg tegas.
"walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dg imamku, tapi aku dapat berdiskusi denganya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita di rumah kami."

itu yg aku jawab, dg kata lain aku rela cintaku dibagi. dan pada saat itu juga suamiku memandangku dg tetesan air mata, tapi tak sedikit pun air mataku menetes di hadapan mereka. lalu aku bertanya pada suamiku, "ayah, siapakah yg akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti yah?"
suamiku menjawab, "dia Desi!"
Aku pun langsung menarik nafas dan langsung berbicara, "kapan pernikahannya berlangsung? apa yg harus saya siapkan dalam pernikahan ini nek?"

Ayah mertuaku menjawab, "pernikahannya 2 minggu lagi."
"baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok." setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi... air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka ointu kamar dan aku langsung duduk ditempat tidur. ingin berteriak, tapi akusendiri disini. tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. sakit. diiringi akutnya penyakitku... apakah karena ini suamiku menjadi orang yg asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju meja rias, ku buka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"
ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yg setiap hari rontok. kulit wajahku, ternyata aku sudah tak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis... kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yg datang, dia berdiri di belakangku. tak kuhapus air mata ini, aku segera memandangnya dari cermin meja rias itu. kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepadaku. jadi aku tak perlu sedh lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! iya kan?"

suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun dia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku  rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memkai shampo. dalam hatiku brtanya, " mengapa dia sangat cuek?" dan dia sudah tak memanjakan aku lagi. Lalu dia berkata,
"sudah malam, kita istirahat yuk!"
"aku sholat isya dulu baru aku tidur, " jawabku tenang.

dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. ku hitung mundur waktu, kapan aku akn berbagi suami dgnya. aku pun ikut sibuk mengurusi ernikahan suamiku. aku tak tau kalau Desi orang sabang juga. sudahlah, mungkin n takdirku. aku ingin suamiku kembali seprti dulu, yg memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yg telah menelantarkan aku. aku enangis melihat suamiku yg sedang tidur pulas, apa salahku? sampai dia berlaku sekejam itu padaku. aku save di my document yg bertittle "Aku Mencintaimu Suamiku".

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. aku berdiri di dekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. aku berdiri sangat lama... lalu suaiku yg telah siap dg pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku. "apakah kamu sudah siap?"

ku hapus air mata yg menetes diwajahku sambil berkata, " nanti jika dia telah sah jadi istrimu, ketika kamu mmbawa dia masuk ke dalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika  kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan doa diubun-ubunnya sebagaimana yg kamu lakukan padaku dulu. lalu setelah itu..." perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menangis meledak.
tiba-tiba suamiku menjawab, "lalu apa bunda?"

aku kaget mendengar kata itu, yg tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dg mata yg berbinar-binar...
"bisa kamu ulangi apa yg kamu ucapkan barusan?" pintaku untuk meyakini bahwa kupingku ini tidak salah dengar.
dia mengangguk dan berkata, "baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?" sambil dia mengelus wajah dan menghapus air mataku, dia agak membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

dia tersnyum sambil berkata," kita lihat saja nanti ya!" dia memelukku dan berkata, "bunda adalah wanita yg paling kuat yg ayah temui selain mama". kemudian dia mencium keningku, akulangsung memeluknya erat dan berkata, "ayah, apakah ini akan segera berakhir? ayah kemana saja? mengapa ayah berubah? aku kangen sama ayah? aku kangen belaian kasih sayang ayah? aku kangen dengan manjanya ayah? aku kesepian ayah? dan satu hal lagi yg harus ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! dulu... waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama ayah baru bisa aku terima, jika yg ada dihadapanku itu adalah lelaki yg aku cari. bukan berrti aku pernah brzinah ayah." aku langsung bersujud dikakinya, "aku minta maaf ayah, telah membuatmu susah."

saat itu juga diangkatnya badanku... dia hanya menangis. dia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. tiba-tiba perutku sakit, dia menyadari bahwa adayg tidak beres dg ku dan bertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya penuh khawatir.
aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah membuatku baik, yah. aku hanyatak bisa bicara sekarang." karena dia akan menikah. aku tak mau membuat dia khawatir. dia harus kusyu menjalani acara prosesi akad nikah itu.

***

setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun dimulai. aku duduk di seberang suamiku. aku melihat suamiku duduk berdampingan dg perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "ayah jangan!!" tapi aku ngat akan kondisiku.

jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab qobul itu. begitu ijab qobul selesai, aku menarik nafas panjang. tante lia, tante yg bak itu memelukku. dalam hati aku berusaha untuk enguatkan hati ini. ya...aku kuat.

tak sanggup aku melihat mereka duduk dipelaminan. orang-orang yg hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dg tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yg selalu tersenyum, tapi dibalikitu aku menangis. sampai dirumah, suamikulangsung masuk ke dalam rumah begitu saja. tak mencuci kakinya. aku sangat heran dg perilakunya. apa iya, dia tidak suka dg pernikahan ini?

sementara itu desi disambut hangat di dalam keuarga suamiku, tak seperti aku dulu yg dimusuhi. malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? suamiku akan tidur dg perempuan yg sangat aku cemburui. aku tak tau apa yg sedang mereka lakukan didalam sana. sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yg mirip suamiku tidur di sofa. ku dekati lalu ku lihat. masya Alloh... suamiku tak tidur dg wanita itu, dia ternyata tidur di sofa, aku duduk di sofa itu sambil mengelus wajahnya yg lelah, tiba-tiba dia memegang tangan kiriku, tentu saja kaukaget.

"kamu datang ke sini, aku pun tau." katanya. aku tersenyum dan mengajaknya sholat lail. setelah sholat lail dia berkata, "maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. besok kita pulang ke jakarta, biar desi pulang dg mama, papa dan adik-adikku."

aku menatapnya dg penuh keheranan. tapi dia langsung mengajakku untuk beristirahat. saat tidur dia memelukku sangat erat. aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. ya Alloh... apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini? karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. tapi... masih bisakah engkau ijnkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yg telah hilang selama 2 tahun ini...

suamiku berbisik, "bunda kok kurus?"
aku menangis dalam kebisuan. pelukannya masih bisa aku rasakan.
aku pun bertanya,"ayah kenapa tidak tidur dg desi?"
"aku kangensama kamu bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. kamu sudah sering terluka oleh sikapku yg egois." dg lembut suamiku menjawab seperti itu.

lalu suamiku berkata," bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. selama ayah di sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu seperti harta ayah dan satu lagi... ayah pernah melihat sms bunda dg mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "seperti itu" dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu"). ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalo bunda pernah tidur dg nya sebelum bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena teerlalu memanjakan bunda."

hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada keprcyaan dirinya, hanya karena omongan keluarganya yg tk pernh  melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini. aku menjawab, "aku sudah ceritakan itu kan yah? aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika akkuhanya mengejar hartamu, mengapa kau memilih kamu? padahal banyak lelaki yg lebih mapan darimu waktu itu yah. jika akuhanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."

entah aku harusbahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian di kamar pengantin itu. malam itu, aku menyelesaikan masalahku dg suamiku dan berusaha memaafkan sikap keluarganya juga. karena aku tak mau mati dalam hati yg penuh dg rasa benci.

***

keesokan harinya...
ketika aku ingin tebangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali... aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, dia langsung menggendongku. aku pun dilarikan ke rumah sakit...
dari kejauhan aku mendengar suarazikir suamiku...
aku merasakan tanganku basah...
ketika ku buka mata ini, ku lihat wajah suamiku penuh dg rasa kekhawatiran.

dia menggenggam tanganku dg erat dan berkata, "bunda, ayah minta maaf..."
berkali-kali dia menggucapkan hal itu. dalam hatiku, apakah dia tau apa yg terjadi padaku?
aku berkata dg suara yg lirih, "yah, anterin bunda pulang... bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, yah..."
"ayah jangan berubah lagi ya! janji ya, yah...!! bunda sayang banget sama ayah."

tiba-tibakakiku sakit, sangat sakit, sakitnya semakin ke atas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi... aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. ku lihat wajahnya yg tampan, berlinang air mata. sebelum mata ini tertutup, ku lafazkan kalimat syahadat dan ditutup dg kalimt tahlil.

aku bahagia melihat suamiku punya pengganti deriku...
 aku bahagia elalu melayaninya dalam suka dan duka...
menemaninya dalam ketika dia mengalami kesulitan darikami pacara sampai kami menikah.

aku bahagia bersuamikan dia. dia adalah nafasku.
untuk ibu metrtuaku : "maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah ma... dari dulu aku selalu berdoa agar mama merestui hubungan kami. mengapa engkau fitnah diriku di depan suamiku, apaengkau puyabuktinya ma? mengapa engkau sangat cemburu padaku ma? Fikri tetap milikmu ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yg kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku? dg desi kau sangat baiktapi dg ku menantumu kau bersikap sebaliknya."

***

setelah ku buka laptop ku baca curahan istriku,
============================

ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
aku dihina oleh mereka ayah.
mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
pernah suatu ketika aku bertemu dian dijalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dg wajah ketidaksukaannya. sangat terlihat ayah...
 tapiketika engkau bersamaku, dian sangat baik, sangat  manis dan dia memanggilku dg panggilan yg sangatmenghormatiku.
mengapa seperti itu ayah?

aku tak bisa bicara tentang ini padamu, karena ku tau kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya yah..
aku diusir dari rumah sakit. aku tak boleh cmerawat suamiku. aku cemburu pada desi ygsangat akrab dg metuaku. tiaphari dia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. aku sangat marah. jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, dia pasti akan membela desi dan ibuya...

aku tak mau sakit hati lagi. ya Alloh kuatkan aku, maafkan aku...
Engkau maha adil . berilah keadilan ini padaku, ya Alloh...
ayah sudah berubah, ayahsudah tak sayang lagi pada ku, aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan lagi bermanja-manja padamu...

aku kuat ayah dalam kesakitan ini...
 lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku. aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah...
besok suamiku akan menikah dg perempuan itu. perempuan yg aku benci, yg aku cemburui. tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagiaan keluarga suamiku. akuharus sadar diri. ayah sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu. mengapa harus desiyg menjadi sahabatku? ayah aku masih tak rela.

tapi aku harus ikhlasmenerimanya. pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan kduanya. semogasaja akumsih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. aku inginsekali merasakan kasih sayangnya ygterakhir. sebelum ajal ini menjemputku.
ayah... aku akangen ayah...

===============

dan kini aku telah membawamu ke orangtuamu, bunda...
aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama desi di pulau kayu ini. aku akan selalu membawakanmu bunga mawaryg berwarna pink yg mncerminkan kceriaan hatimu yg sakit trtusuk duri. bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur. bunda akan selalu hidup di hati aayah.

bunda... desi tak sepertimu, yg tdk pernah marah. desi sangat berbeda dg mu, dia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah dicreambathnya, kakiku pu tak pernah dicucinya. aku menyesal telah menelntarkanmu selama 2 thn, kamu sakit pun aku tak peduli, hidup dlm kesendirianmu. seandainya ayah tak menelantarkan bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dg belaian tangan bunda yg halus.

sekarang ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda.
bunda, kamu wanita yg paling tegar yg pernah ku temui. aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku
bunda maafkan aku... bunda tidur tetap manis. senyum manjamu terlihat ditidurmu yg panjang. maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu megiyakan apakata ibukun karena aku takut menjdi anak durhaka. maafkan aku ketikakau difitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

apakah bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
apakah bunda tetap menanti ayah disana?
tetap setia di alam sana?
tunggulah ayah disana bunda...
bisa kan? seperti bunda menuggu ayah disini... aku mohon...

ayah sayang bunda...

***

pesan: jangan sia-siakan orang yg mencintimu saaat ini. karena kamu tak pernah tau apa yg akan terjadi padanya setelah hari ini. karena mungkin saja kamu tak akan menemukan orang yg seperti dialagi dalam hidupmu. jagalah dia, sebelum dia pergi meninggalkanmu untuk selamanya.

AKU MENCINTAIMU SUAMIKU


AKU MENCINTAIMU SUAMIKU



Cerita ini adalah kisah nyata... dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam laptopnya.
Bacalah. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

***

HALAL-KAN AKU AYAH
Cinta itu butuh kesabaran...
Sampai di manakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu... Aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...
Aku menjdi perempuan yang paling bahagia...
Pernikahan kami sederhana namun meriah...
Dia menjadi pria yg sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yg sholeh, pintar, tampan & mapan pula.

Ketika kami berpacaran dia sudah mapan dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci.
itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...

Dan setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke  tanah suci...
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku...
Sangat terlihat dari rasa cunta & sayangnya padaku.
banyak orang yg bilang kalo kami adalah pasangan yg serasi. sangat terlihat sekali bgaumana suamikumemanjakan aku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***

Lima tahun sudah kami menjadi suami istri. sangat tak tersa waktu begitu cepat berjalan walaupin kami hanya hidup bbbberdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) ditengah keharmonisan rumah tangga kami.
karena dia anak lelaki  satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku berusaha mendapatkan penerus generasi baginya.

Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...
dia menganggap Alloh belum mempercayai kami untuk menjaga titipanNya.
Tapi keluarganya mulai resah. sari awal kita menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. aku sering mendapatkan perlakuan yg tdk menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...
di depan suamiku mereka brlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suamiku, aku dihina-hina oleh mereka...

Pernah suatu ketuka setahun setelah pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur.
Alhamdulillah suamiku selamat dari kecelakaan maut yg hampir membuatku menjadi seorang janda itu.
dia dirawat dirumah sakit, pada saat dddia belum sadarkan diri setelah kecelakaan, aku menemaninya siang dan malam sambil ku bacakan ayat2 suci Al Quran. aku sibuk bolak balik  dari tempat aku melakikan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yg sakit.

Namin saat aku kembali kerumah sakit setela dari rumah kmi, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik2nya & teman2 suamiku, dan di saat itu juga aku melihat ada seorang wanita yg aktab mengobrol dg ibu mertuaku.
mereka tertawa menghubur suamiku.

Alhamdulillah ternyata suamiku sudah sadar, aku menangis ketika melihat suamiku sudah sadar, tapi aku tidak boleh seduh dihadapannya.ku buka pintu yg tetutup rapat itu sambil mengatakan, "assalamu'alaikum" dan mereka menjawab salamku. aku berdiam sejenak didepan pintu dan mereka semua melihatku. suamiku menatapku penuh manja, mungkin dia kangen padaku karena sudah 5 hari matanya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata " assalamu'alaikum", dia pun menjawab slam kudg suaranya yg lirih namun penuh dg cinta. aku tersenyum melihat wajahnya.

Lalu, ibunya berbicara dg ku... "Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu brnama Desi dan dia sangat akrab dg keluarga suamiku. hingga akhirnya aku bertemu dg nya juga. aku berjabat tangan dg nya, tak banyak aku bicara di ruangan itu, ku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan lukanya, tiba2 adik iparku yg bernama Dian mengajakku keluar, minta ditemani ke kantin. dan suamiku mengijinkannya. aku pun menemaninya. Tapi ketika diluar adik ipar ku berkata, " lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang di sini. kau istirahat saja."

Anehnya, aku tak diperbolehkan brpamitan dg suamiku dg alasan abang harus banyak istirahat karena psikologisnya masih labil. aku berdebat dg nya mempertanyakan mengapa aku tak diijinkan berpamitan dg suamiku. tapi, tiba2 ibu mrtuaku datang dan mengatakan hal yg sama.

Nantinya dia akan memberi alasan mengapa aku pulang tak berpamitan pasanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun benar. suamiku tetap membelanya. aku pun meninggalkanrumah sakit itu dg linangan air mata. sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku lagi. aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***

hari itu, aku menangis tanpa sebab, yg ada dibenakku aku takut kehilangannya, aku takut cintaku dibagi dg yg lain. pagi itu saat aku sedang mmbersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggilku ke taman belakang, dia baru saja selaesai sarapn, dia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ukan2 yg bertaburan di kolam air mancur itu.

Ku betanya, "ada apa kamu memanggilku?"
dia berkata, "besok aku akan menjenguk keluargaku di sabang"
aku menjawab, "iya sayang... aku tahu, aku sudah mengemasi barang kamu ditravel bag dan kamu sudah memegang tiket bukan?
"ya tapi aku tak akan lama disana, ciman 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tak bertemu keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dg mama ku," jawabnya tegas

"mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?" tanya ku padanya penuh penasaran & sedikit rasa kecewa karena dia baru memberitahukan rencana kepulangannya itu, padahal aku sudah bersusahpayah mencarikan tiket   pesawa untuknya.

"mama mint aku yg menemanunya saat pulang nanti", jawaabnya tegas. "sekarang aku ingin seharian dg mu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lamjutnya lagi sambil memeluk dan mencium keningku. hatiku sedih dg keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan padanya.

Bahagianya aku dimanja oleh suami dg penuh dg rasa sayang &cintanya walau kadang dia bersikap kurang adil padaku. aku hanya tersenyum, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi keluargaya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.

Kemmmudian aku memutuskan agar suamiku saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami. karena ini acara sakral bagi kluarganya , jd seliruh keluarganya harus komplit. walaupun begitu, aku pun tetap tak akan dipedulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak. tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku tak mau membuat riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yg akan dibawanya ke sabang. dia menatapku dan menghapus airmata yg jatuh dipipiku. lalu aku peluk erat dirinya. hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tak tau apa yg akan terjadi. aku hanya menangis karena akan ditinggal pergi olenya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun dia pergi. apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sjalah teman mengobrolku. hati ini sedih akan ditinggal pergi olehnya. sampai keesokan harinya, aku terus menangis... menangisi kepergiannya. aku tak tau mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. aku harus percaya pada suamiku. dia pasti akan selalu menelponku.

***

Berjauhan dg suamiku, aku merasa sangat tak nyaman, aku merasa sendiri. untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke sabang. saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. rahimku terasa sakit sekali seprti dililit tali. tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai2 aku mengalami pendarahan. aku dilarikan kerumah sakit oleh adik laki2ku yg kebetulan menemaniku disana. dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.

Aku menangis... apa yg bisa ku banggakan lagi...? mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yg malang yg selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku... namun aku tak bisa memberikannya keturunan. aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen suamiku, aku selalu menunggu dia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah dia segera pulang?"... aku tak tau... sementara suamiku disana, aku tak tau mengapa dia selau marah2 jika menelponku. bagaimana aku akan menceritakan keadaanku jika dia selalu marah2 padaku...

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama dia berada di sabang. lebih baik nanti saja kalo dia sudah pulang, aku akan cerita padanya. setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari ku hitung...

sudah 3 minggu suamiku di sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto2 kami, ponselku berbunyi, ada sms masuk. ku buka inbox ponselku, ternyata suamiku yg sms. " aku sidah beli tiket untuk pulang, aku pilangnya satu hari lagi, aku akan kabari lagi."
Hanya itu saja yg diinfoknnya. aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yg tak baik ini. hari yg ku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.

Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yg cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang.dan nantinya aku akan menyelesaukan masalah komunikasi kami yg buruk akhir2 ini.

Bel pun berbunyi, ku bukakan pintu untuknya dan dia pun mengucapkan salam. Sebelum masuk , aku pegang tangannya kedepan teras namu dia tetap berdiri, aku membungkuk untik melepas sepatu & kaos kakinya lalu kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yg masuk kedalam rumah kami.

Setelah itu akupun brdiri langsung mncium tangannya tapi apa reaksinya...? masya Alloh... dia tak mencium keningku, dia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi  dan tidur tanpa bertanya kabarku... aku pikir, mungkin dia capek. aku punsegera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pd tempat mengadu yaitu Alloh, sang maha pencipta.

Biasanya kami selalu berjamaah, tapi karena meliht tidurnya sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. aku hanya mengelus wajahnya dan ku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rokaat plus witir 2 rokaat.

***

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu melihat dirinya dari balkon kamar kami yg bersiap2 untuk pergi, aku memanggilnya tapi dia tk mendengar. kemudian aku mengambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa mempedulikan darah yg bercecer dari rahimku umtuk mengejarnya tapi dia begitu cepat pergi. aku merasa ada yg aneh dg suamiku. ada apa dg suamiku? mengapa dia bersikap tidak seperti biasanya padaku?

aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. saat itu juga aku menelpon mertuaku dan kebetulan Dian yg mengangkatnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yg terjadi pada suamiku. dg enteng dia menjawab, "loe pikir aja sendiri!!!" telpon langsung terputus.

Ada apa ini? tanya hatiku penuh dalam kecemasan. mengapa suamikuberubah setelah kembali dari kota kelahirannya? mengapa dia tak mau brbicara padaku, apalagi memanjakan aku? semakin hari dia menjadi orang yg pendiam, seakan dia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. kami hanya berbicara seperlunya, aku selalu diinterogasinya. selau bertanya aku darimana dan mengapa pulang terlambat dan dia selalu  bertanya dg nada keras. suamiku telah berubah.

Bahkan yg membuatku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dg mantan pacarku. ingin rasanya aku menampar suamiku yg telah menuduh aku serendah itu, tapi aku slalu ingat... sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami selalu di atas para istri, itu pedoman yg aku pegang. aku hanya berdoa semoga suamiku sadar akan perilakunya.

***

Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan. Kemesraan yg kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti  itu, aku tetap merawatnya & menyiapkan segala keperluannya. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun dia tak pernah bertanya tentang obat apa yg aku minum. Kebahagiaan ku pun telah sirna, harapan untuk mnjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan semua ini akan berakhir.

Bersyukurlah aku punya penghasilan sendiri dari aktivitas ku sebagai guru ngaji. Jd aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kanker ku. Aku pun hanya berobat semampu ku. Sungguh suami yg dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya dia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suaiku memanggilku.

"Ya, ada apa yah?" sahutku dg memanggil nama kesayangannya "ayah"
"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." jawabnya tegas.
"Ada apa? Mengapa?" sahutku heran.
Astaghfirulloh.... Suamiku yg dulu lembut tiba-tiba saja mnjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi diantara kami.
Dia mengatakan, "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"

Lalu aku segera mengemasi barang-barang yg akan dibawake Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi. 2 tahun pacaran, 5 tahun menikah dan sudah 2 thn pula dia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yg dihiasi foto-foto pernukahan kami, sekarang menjadi dingin.... sangat dingin dari batu es. Aku menangis dalam kebingungan ini. ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.

suamiku tak suka dg wanita yg kasar, ngomong dg nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang sikap itu menunjukkan ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menunggunya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendiriaanku.

***

Kami telah sampai di sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tau ada acara apa ini...? Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, dia pun langsung keluar bergabung dg keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami daningin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua ygsudah ada sebelum suamiku lahir, tibatiba tante Lia, tante yg sangat baik padaku memanggilku untuk segera berkumpul di ruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yg berada ditengah rumah besar itu, yg terlihat seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dg kebisuan, aku tak berani bertanya padanya. Tiba-tiba saja neneknya, orang yg dianggap paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraa.

"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dg kau Fisha." neneknya berbicara sangat tegas, dg sorot mata yg tajam.
"ada apa nek?" sahutku.
nenek pun menjawab, "kau telah bergabung dg keluargakami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yg sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!"
aku menangis... untuk inikah aku diundang kemari? untuk dihina ataukah dipisahkan dg suamiku?

"sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu... sebelum kau menikah dgnya. tapi Fikri anak yg keras kepala, tak mau diatur, dan akhirnya menikahlah dia dg kau."
neneknya bebrbicara sangat lantang, mungkin logat orang sabang seperi itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yg kosong matanya.
"dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dgya." neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
sedangkan suamiku hanya bisa diam saja, tapi aku lihat air matanya. ingin aku peluk suamiku agar dia kuat dg semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yg terakhir dari ucapannya dg mimik wajah yg sangat menantang kemudia berkata, "kau maunya gimana? kau dinadu atau diceraikan?"
masya alloh... kuatkan hati ini... aku ingin jatuh pingsan. hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku...?

Aku selalu menutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yg tinggal di pulaukayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
"Fish, jawab!!" dg tegas ibuya langsung memitaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dg tangan yg dingin dan gemetar aku menjawab dg tegas.
"walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dg imamku, tapi aku dapat berdiskusi denganya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita di rumah kami."

itu yg aku jawab, dg kata lain aku rela cintaku dibagi. dan pada saat itu juga suamiku memandangku dg tetesan air mata, tapi tak sedikit pun air mataku menetes di hadapan mereka. lalu aku bertanya pada suamiku, "ayah, siapakah yg akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti yah?"
suamiku menjawab, "dia Desi!"
Aku pun langsung menarik nafas dan langsung berbicara, "kapan pernikahannya berlangsung? apa yg harus saya siapkan dalam pernikahan ini nek?"

Ayah mertuaku menjawab, "pernikahannya 2 minggu lagi."
"baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok." setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi... air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka ointu kamar dan aku langsung duduk ditempat tidur. ingin berteriak, tapi akusendiri disini. tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. sakit. diiringi akutnya penyakitku... apakah karena ini suamiku menjadi orang yg asing selama 2 tahun belakangan ini?

Aku berjalan menuju meja rias, ku buka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"
ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yg setiap hari rontok. kulit wajahku, ternyata aku sudah tak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis... kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yg datang, dia berdiri di belakangku. tak kuhapus air mata ini, aku segera memandangnya dari cermin meja rias itu. kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepadaku. jadi aku tak perlu sedh lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! iya kan?"

suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun dia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku  rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memkai shampo. dalam hatiku brtanya, " mengapa dia sangat cuek?" dan dia sudah tak memanjakan aku lagi. Lalu dia berkata,
"sudah malam, kita istirahat yuk!"
"aku sholat isya dulu baru aku tidur, " jawabku tenang.

dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. ku hitung mundur waktu, kapan aku akn berbagi suami dgnya. aku pun ikut sibuk mengurusi ernikahan suamiku. aku tak tau kalau Desi orang sabang juga. sudahlah, mungkin n takdirku. aku ingin suamiku kembali seprti dulu, yg memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.

***

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku. di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yg telah menelantarkan aku. aku enangis melihat suamiku yg sedang tidur pulas, apa salahku? sampai dia berlaku sekejam itu padaku. aku save di my document yg bertittle "Aku Mencintaimu Suamiku".

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. aku berdiri di dekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. aku berdiri sangat lama... lalu suaiku yg telah siap dg pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku. "apakah kamu sudah siap?"

ku hapus air mata yg menetes diwajahku sambil berkata, " nanti jika dia telah sah jadi istrimu, ketika kamu mmbawa dia masuk ke dalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika  kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan doa diubun-ubunnya sebagaimana yg kamu lakukan padaku dulu. lalu setelah itu..." perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menangis meledak.
tiba-tiba suamiku menjawab, "lalu apa bunda?"

aku kaget mendengar kata itu, yg tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dg mata yg berbinar-binar...
"bisa kamu ulangi apa yg kamu ucapkan barusan?" pintaku untuk meyakini bahwa kupingku ini tidak salah dengar.
dia mengangguk dan berkata, "baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?" sambil dia mengelus wajah dan menghapus air mataku, dia agak membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

dia tersnyum sambil berkata," kita lihat saja nanti ya!" dia memelukku dan berkata, "bunda adalah wanita yg paling kuat yg ayah temui selain mama". kemudian dia mencium keningku, akulangsung memeluknya erat dan berkata, "ayah, apakah ini akan segera berakhir? ayah kemana saja? mengapa ayah berubah? aku kangen sama ayah? aku kangen belaian kasih sayang ayah? aku kangen dengan manjanya ayah? aku kesepian ayah? dan satu hal lagi yg harus ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! dulu... waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama ayah baru bisa aku terima, jika yg ada dihadapanku itu adalah lelaki yg aku cari. bukan berrti aku pernah brzinah ayah." aku langsung bersujud dikakinya, "aku minta maaf ayah, telah membuatmu susah."

saat itu juga diangkatnya badanku... dia hanya menangis. dia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. tiba-tiba perutku sakit, dia menyadari bahwa adayg tidak beres dg ku dan bertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya penuh khawatir.
aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah membuatku baik, yah. aku hanyatak bisa bicara sekarang." karena dia akan menikah. aku tak mau membuat dia khawatir. dia harus kusyu menjalani acara prosesi akad nikah itu.

***

setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun dimulai. aku duduk di seberang suamiku. aku melihat suamiku duduk berdampingan dg perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "ayah jangan!!" tapi aku ngat akan kondisiku.

jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab qobul itu. begitu ijab qobul selesai, aku menarik nafas panjang. tante lia, tante yg bak itu memelukku. dalam hati aku berusaha untuk enguatkan hati ini. ya...aku kuat.

tak sanggup aku melihat mereka duduk dipelaminan. orang-orang yg hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dg tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yg selalu tersenyum, tapi dibalikitu aku menangis. sampai dirumah, suamikulangsung masuk ke dalam rumah begitu saja. tak mencuci kakinya. aku sangat heran dg perilakunya. apa iya, dia tidak suka dg pernikahan ini?

sementara itu desi disambut hangat di dalam keuarga suamiku, tak seperti aku dulu yg dimusuhi. malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? suamiku akan tidur dg perempuan yg sangat aku cemburui. aku tak tau apa yg sedang mereka lakukan didalam sana. sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yg mirip suamiku tidur di sofa. ku dekati lalu ku lihat. masya Alloh... suamiku tak tidur dg wanita itu, dia ternyata tidur di sofa, aku duduk di sofa itu sambil mengelus wajahnya yg lelah, tiba-tiba dia memegang tangan kiriku, tentu saja kaukaget.

"kamu datang ke sini, aku pun tau." katanya. aku tersenyum dan mengajaknya sholat lail. setelah sholat lail dia berkata, "maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. besok kita pulang ke jakarta, biar desi pulang dg mama, papa dan adik-adikku."

aku menatapnya dg penuh keheranan. tapi dia langsung mengajakku untuk beristirahat. saat tidur dia memelukku sangat erat. aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. ya Alloh... apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini? karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. tapi... masih bisakah engkau ijnkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yg telah hilang selama 2 tahun ini...

suamiku berbisik, "bunda kok kurus?"
aku menangis dalam kebisuan. pelukannya masih bisa aku rasakan.
aku pun bertanya,"ayah kenapa tidak tidur dg desi?"
"aku kangensama kamu bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. kamu sudah sering terluka oleh sikapku yg egois." dg lembut suamiku menjawab seperti itu.

lalu suamiku berkata," bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. selama ayah di sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu seperti harta ayah dan satu lagi... ayah pernah melihat sms bunda dg mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "seperti itu" dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu"). ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalo bunda pernah tidur dg nya sebelum bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena teerlalu memanjakan bunda."

hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada keprcyaan dirinya, hanya karena omongan keluarganya yg tk pernh  melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini. aku menjawab, "aku sudah ceritakan itu kan yah? aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika akkuhanya mengejar hartamu, mengapa kau memilih kamu? padahal banyak lelaki yg lebih mapan darimu waktu itu yah. jika akuhanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."

entah aku harusbahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian di kamar pengantin itu. malam itu, aku menyelesaikan masalahku dg suamiku dan berusaha memaafkan sikap keluarganya juga. karena aku tak mau mati dalam hati yg penuh dg rasa benci.

***

keesokan harinya...
ketika aku ingin tebangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali... aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, dia langsung menggendongku. aku pun dilarikan ke rumah sakit...
dari kejauhan aku mendengar suarazikir suamiku...
aku merasakan tanganku basah...
ketika ku buka mata ini, ku lihat wajah suamiku penuh dg rasa kekhawatiran.

dia menggenggam tanganku dg erat dan berkata, "bunda, ayah minta maaf..."
berkali-kali dia menggucapkan hal itu. dalam hatiku, apakah dia tau apa yg terjadi padaku?
aku berkata dg suara yg lirih, "yah, anterin bunda pulang... bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, yah..."
"ayah jangan berubah lagi ya! janji ya, yah...!! bunda sayang banget sama ayah."

tiba-tibakakiku sakit, sangat sakit, sakitnya semakin ke atas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi... aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. ku lihat wajahnya yg tampan, berlinang air mata. sebelum mata ini tertutup, ku lafazkan kalimat syahadat dan ditutup dg kalimt tahlil.

aku bahagia melihat suamiku punya pengganti deriku...
 aku bahagia elalu melayaninya dalam suka dan duka...
menemaninya dalam ketika dia mengalami kesulitan darikami pacara sampai kami menikah.

aku bahagia bersuamikan dia. dia adalah nafasku.
untuk ibu metrtuaku : "maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah ma... dari dulu aku selalu berdoa agar mama merestui hubungan kami. mengapa engkau fitnah diriku di depan suamiku, apaengkau puyabuktinya ma? mengapa engkau sangat cemburu padaku ma? Fikri tetap milikmu ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yg kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku? dg desi kau sangat baiktapi dg ku menantumu kau bersikap sebaliknya."

***

setelah ku buka laptop ku baca curahan istriku,
============================

ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
aku dihina oleh mereka ayah.
mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
pernah suatu ketika aku bertemu dian dijalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dg wajah ketidaksukaannya. sangat terlihat ayah...
 tapiketika engkau bersamaku, dian sangat baik, sangat  manis dan dia memanggilku dg panggilan yg sangatmenghormatiku.
mengapa seperti itu ayah?

aku tak bisa bicara tentang ini padamu, karena ku tau kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya yah..
aku diusir dari rumah sakit. aku tak boleh cmerawat suamiku. aku cemburu pada desi ygsangat akrab dg metuaku. tiaphari dia datang ke rumah sakit bersama mertuaku. aku sangat marah. jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, dia pasti akan membela desi dan ibuya...

aku tak mau sakit hati lagi. ya Alloh kuatkan aku, maafkan aku...
Engkau maha adil . berilah keadilan ini padaku, ya Alloh...
ayah sudah berubah, ayahsudah tak sayang lagi pada ku, aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan lagi bermanja-manja padamu...

aku kuat ayah dalam kesakitan ini...
 lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku. aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah...
besok suamiku akan menikah dg perempuan itu. perempuan yg aku benci, yg aku cemburui. tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagiaan keluarga suamiku. akuharus sadar diri. ayah sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu. mengapa harus desiyg menjadi sahabatku? ayah aku masih tak rela.

tapi aku harus ikhlasmenerimanya. pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan kduanya. semogasaja akumsih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. aku inginsekali merasakan kasih sayangnya ygterakhir. sebelum ajal ini menjemputku.
ayah... aku akangen ayah...

===============

dan kini aku telah membawamu ke orangtuamu, bunda...
aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama desi di pulau kayu ini. aku akan selalu membawakanmu bunga mawaryg berwarna pink yg mncerminkan kceriaan hatimu yg sakit trtusuk duri. bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur. bunda akan selalu hidup di hati aayah.

bunda... desi tak sepertimu, yg tdk pernah marah. desi sangat berbeda dg mu, dia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah dicreambathnya, kakiku pu tak pernah dicucinya. aku menyesal telah menelntarkanmu selama 2 thn, kamu sakit pun aku tak peduli, hidup dlm kesendirianmu. seandainya ayah tak menelantarkan bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dg belaian tangan bunda yg halus.

sekarang ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda.
bunda, kamu wanita yg paling tegar yg pernah ku temui. aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku
bunda maafkan aku... bunda tidur tetap manis. senyum manjamu terlihat ditidurmu yg panjang. maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu megiyakan apakata ibukun karena aku takut menjdi anak durhaka. maafkan aku ketikakau difitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

apakah bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
apakah bunda tetap menanti ayah disana?
tetap setia di alam sana?
tunggulah ayah disana bunda...
bisa kan? seperti bunda menuggu ayah disini... aku mohon...

ayah sayang bunda...

***

pesan: jangan sia-siakan orang yg mencintimu saaat ini. karena kamu tak pernah tau apa yg akan terjadi padanya setelah hari ini. karena mungkin saja kamu tak akan menemukan orang yg seperti dialagi dalam hidupmu. jagalah dia, sebelum dia pergi meninggalkanmu untuk selamanya.